Sabtu, 21 Juni 2008

Istana Maimun, Gabungan Gaya Arsitektur yang Indah

Kalian tentu sudah tidak asing lagi dengan keraton Jogja atau keraton Solo. Tapi, pernahkah kalian tahu tentang Istana Maimun? Istana Maimun merupakan salah satu istana terindah yang ada di Medan, Sumatera Utara.Dari luar tampak hamparan rumput menghijau, dan dengan megahnya istana Maimun berdiri di tengah rumput luas. Wah, indahnya...
Istana Maimun adalah salah satu peninggalan sejarah yang terdapat di kota Medan, Sumatera Utara. Letaknya cukup strategis, yaitu sekitar 3 km dari bandara Polonia dan sekitar 28 km dari pelabuhan Belawan, tepatnya di Kelurahan Aur,jalan Brigjen Katamso, Medan. Luas areal istana adalah 217m x 200m, sedangkan luas bangunannya 2772 m2. Panjang bangunan dari depan adalah 75,50 meter dengan tinggi 14,40 meter.Atapnya dibuat dengan seng berwarna hitam. Istana ini memiliki 3 puncak dengan 3 kubah, khas arsitektur India. Istana ini didesain oleh Kapten TH. Van Erp yang banyak mendesain bangunan – bangunan penting di Betawi alias Jakarta.
Istana ini dibangun pada masa Sultan Ma’mun Al-Rasyid Perkasa Alamsyah, tepatnya pada tanggal26 Agustus 1888 dan selesai pada tanggal 18 Mei 1891. sultan Ma’mun Al - Rasyid meninggal (mangkat) pada tanggal 9 September 1924 pada usia 72 tahun.ia dimakamkan pada hari Kamis 11 September 1924 di pemakaman raja – raja di kota Medan.
Seperti layaknya kerajaan Islam jaman dulu, sekitar 200 m dari Istana ini terdapat sebuah masjid, yaitu masjid Al – Ma’sun. Masjid ini dibangun pada tanggal 21 Agustus 1906 dan mulai digunakan sejak tanggal 10 September 1909. Selain masjid, di depan Istana Maimun juga ada bangunan lain yang didirikan pada jaman yang sama, yaitu Taman Sri Deli dan Balai kerapatan yang sekarang menjadi kantor bupati Deli Serdang.
Setelah Indonesia merdeka, kekuasaan sultan Deli dilebur ke dalam kekuasaan Republik Indonesia. Sekarang, Sultan Deli hanya sebagai pemangku adat di wilayah ini. Sultan Deli saat ini adalah Tuanku Arya Lamanjeje. Usianya masih 9 tahun. Masih sangat muda ya...
---o0o---
Tampak dari depan, istana Maimun berdiri megah dengan 3 kubah yang mengingatan kita pada bangunan di India. Sedangkan atap bangunan induk dan sayap berbentuk limas adalah gaya khas Indonesia. Diantara tiang – tiangnya terdapat lengkungan yang berbentuk lunas perahu terbalik.
Untuk mengetahui lebih banyak, saya menaiki tangga – tangga yang berakhir di depan pintu masuk Istana Maimun. Sesampainya di atas tangga, kita akan disambut oleh pintu yang diapit oleh 2 capstock (tempat menggantung topi dan menyimpan payung serta sepatu) seperti rumah – rumah orang Belanda. Diatas pintu terdapat lambang kerajaan Deli.
Pemandu menjelaskan bahwa Istana Maimun terdiri dari 3 bagian, yaitu Bangunan Induk,Sayap kanan,dan Sayap kiri. Sedangkan Bangunan induk pada jaman dulu , terdiri dari Teras , K . Tamu , K . Dayang , K . Pejawat , Balairung , dan K . Jamuan. Sedangkan , sayap kanan dan kiri, hanya berisi kamar – kamar untuk tempat tidur tamu dan keluarga. Denah dari istana ini seperti denah masjid di Timur tengah jaman dulu. Bagian tengahnya yang berbentuk persegi panjang dan ada gang beratap disekelilingnya.
Lalu pemandu mengajak saya memasuki kamar tamu. Di dalam kamar tamu, terdapat beberapa barang peninggalan kesultanan Deli, yaitu 1 set meja dan kursi untuk menerima tamu dan 2 meja dimana terdapat beberapa foto sultan.
Di atap dan dinding Istana Maimun, juga terdapat lukisan Melayu yang indah. Diantaranya adalah pucuk rebung dan motif arabesque dari timur tengah yaitu lukisan yang berbentuk daun dan bunga.
Apabila kita terus menyusuri ruangan, kita akan sampai ke Balairung yang luasnya 412 m2. Di sinilah sultan menerima tamu – tamu besar. pada atap Balairung, terdapat hiasan Awan Boyan dan sebuah lampu kristal buatan Eropa. Diatas Balairung terdapat ventilasi bergambar tembakau, lambang perkebunan tembakau Deli. Dinding,plafon dan tiangnya dihiasi bunga– bungaan dan flora lainnya dengan cat minyak. Balairung ini juga dipenuhi dengan hiasan berwarna – warni dan berbagai foto. Diatas pintu terdapat ventilasi bergambar tembakau, lambang perkebunan tembakau Deli. Di sini terdapat singgasana raja yang didominasi oleh warna kuning. Juga terdapat Gebuk (tempat air untuk pemandian) , Puan (tempat sirih yang besar ), dan cermin berwarna emas bergaya Eropa yang terdapat hiasan flora (tumbuhan). Sebenarnya, masih banyak peninggalan sejarah lainnya, namun kita tidak bisa melihatnya karena disimpan oleh pihak keluarga sultan. Beberapa diantaranya adalah Bawar (sebilah pedang pusaka),gong, payung kuning 3 tingkat, mahkota (3 jenis, Elang, tembakau, dan untuk permaisuri), keris,Dian (untuk upacara adat) ,Tepak Sirih, (tempat sirih yang kecil) Ketur (tempat air ludah sultan), dan tombak.
Di belakang balairung,ada sebuah lorong kecil. Di kanan – kiri lorong itu terdapat kamar untuk menyediakan makanan. Di belakang lorong terdapat kamar jamuan seluas 94 m2, tempat sultan menjamu tamu – tamunya. Disini terdapat 2 buah kursi, 2 buah lemari, 2 buah toilet yang seluruhnya buatan Eropa. Layaknya peninggalan sejarah, istana ini ramai dikunjungi orang. Bahkan , ketika penulis berkunjung ke sana, ada serombongan anak SD yang sedang berkunjung.
Sekarang, kita sudah tidak bisa lagi melihat keadaan di sayap kiri dan kanan. Sayap kiri dan kanan telah digunakan sebagai tempat tinggal pribadi untuk sultan dan keluarganya. Ruangan di sana telah menjadi daerah pribadi dan tertutup bagi umum, sehingga kita dilarang masuk ke sana. Aduuh... sayang sekali...
Di lantai dasar terdapat beberapa ruangan, yaitu dapur, gudang, dan penjara. Di lantai 1 juga terdapat ruang perkantoran sultan. Tapi, ruangan di lantai dasar ini sudah tidak bisa dilihat lagi, karena sudah ditempati keluarga sultan.
Di sisi kiri halaman istana terdapat sebuah rumah adat Batak Karo tempat menyimpan meriam puntung yang ada kaitannya dengan legenda Putri Hijau. Meriam ini dianggap keramat.
Jaman dahulu kala, ada seorang putri yang cantik sekali dari kerajaan Timur raya bernama putri Hijau. Saking cantiknya, lelaki manapun pasti akan jatuh cinta dibuatnya, termasuk seorang raja dari Aceh. Sang raja pun meminangnya, namun, pinangan itu ditolak.
Raja Aceh sangat marah. Ia menyerang kerajaan Timur Raya yang dipimpin oleh kakak laki – laki Putri Hijau, yaitu Mambang Yazid, sehingga terjadilah peperangan, tapi aceh akhirnya menang.
Ketika Aceh mengepung kerajaan, terjadilah keajaiban. Adik Putri Hijau, Mambang Khayali, tiba – tiba berubah menjadi sebuah meriam yang terus – menerus menembak. Karena larasnya sangat panas, meriam itu terbelah menjadi dua bagian , menurut dongeng, ujung meriam jatuh di gunung di sekitar Kabanjahe, dan bagian lainnya disimpan di rumah kecil itu.
Setelah itu, Putri Hijau ditawan oleh raja Aceh. Ia dibawa ke Aceh lewat Selat Malaka. Akan tetapi, keajaiban terjadi sekaali lagi. Seekor naga yang tak lain adalah abang sang putri muncul dan menyerang kapal tempat Sang putri. Akhirnya, sang putri dilarikan ke laut oleh sang naga. Tinggallah sang raja Aceh seorang diri penuh rindu dan dendam.
Istana Maimun hingga kini tidak pernah dirombak, hanya dilakukan perbaikan – perbaikan berupa pengecatan, tanpa merusak keaslian istana Maimun.
Sekarang ini Istana Maimun masih digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang menampung banyak massa seperti pertemuan-pertemuan adat,ataupun festifal kebudayaan dan acara tabligh akbar.
Itulah istana Maimun; berdiri memancarkan keanggunan di tengah kebisingan kota, dengan diam – diam menyimpan rahasia,rahasia keindahan arsitektur tersendiri.

Tidak ada komentar: